Rabu, 01 Juni 2016

Perkebunan Teh Gambung


sumber gambar: pariwisatabandung.info
Oleh: Yuris Fahman Zaidan

Di tanah seluas kurang lebih 500 Ha, terhampar perkebunan teh yang menghijau. Dahulu, saat perkebunan teh tersebut masih berada di bawah kendali R. E. Kerkhoven, akses jalan untuk sampai ke perkebunan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Ketika kita menyebutkan R. E. Kerkhoven sebagai juragan teh, maka perkebunan teh yang dimaksud tiada lain adalah perkebunan teh Gambung. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya bukti sejarah berupa pemakaman R. E. Kerkhoven sendiri di daerah Gambung
Gambung menjadi tempat strategis untuk ditanam teh. Lokasinya berada di lereng Gunung Tilu, dihimpit oleh dua perkebunan teh: Malabar dan Patuha. Udaranya yang segar, membuat para wisatawan—baik yang berada di daerah Bandung atau di luar Bandung—betah berlama-lama di Gambung.

Memang benar, Gambung menyajikan banyak pesona bagi siapa saja yang mengunjunginya. Wisatawan tidak hanya dapat  memanjakan diri dengan kondisi alam di Gambung. Di samping menikmati keindahan alam, wisatawan juga bisa menambah dan/atau mengakses pengetahuan seputar teh dan kina di Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung.
Berdasarkan penuturan Maman Sulaiman sebagai penanggung jawab agrowisata di PPTK Gambung, sejarah berdirinya PPTK Gambung tidak bisa terlepas dari perkebunan teh yang dibangun oleh R. E. Kerkhoven. Lebih jelas, lelaki paruh baya itu mengungkapkan bahwa PPTK berdiri melalui beberapa perombakan nama. Pada tahun 1964 namanya bukan PPTK tapi Pusat Penelitian Budidaya Teh dan Kina (PPBTK) di bawah naungan BPUPTN. Di tahun 1973 namanya berubah lagi menjadi Balai Penelitian Teh dan Kina (BPTK). Penamaan BPTK cukup berlangsung lama sekitar 16 tahun. Sampai pada tahun 1987 diganti lagi menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Gambung (Puslitbun). Penamaan PPTK resmi digunakan di Gambung pada tahun 1992 yang berlaku sampai sekarang. Walaupun di sisi lain PPTK secara mandiri telah berdiri pada tahun 1973.
Meski dahulu perkebunan teh Gambung berada di bawah tangan orang Belanda—R. E. Kerkhoven. Maman menegaskan dengan nada yang meyakinkan, tidak dipungkiri jasa R. E. Kerkhoven cukup banyak dalam membangun perkebunan teh di Gambung. Di antara jasanya adalah membangun saluran air yang dialirkan ke perusahaan, tetapi di sisi lain disalurkan juga bagi masyarakat sekitar perusahaan. Pembangunan jalan dari arah Ciwidey menuju Gambung juga adalah salah satu jasa R. E. Kerkhoven yang sampai sekarang bisa dinikmati oleh siapapun yang hendak menuju Gambung.
Namun, apabila berbicara keadaan perkebunan teh sekarang dengan perkebunan teh masa R. E. Kerkhoven jelas berbeda. Zaman berperan besar dalam memberikan perubahan: dimulai dari berubahnya sistem kerja para petani, kondisi dan/atau keadaan perkebunan, serta segala hal yang berkaitan dengan perkebunan teh Gambung.
Wisatawan yang bekunjung ke Gambung, tidak hanya bisa menikmati keindahan alamnya saja. Tetapi mereka bisa mencermati dengan saksama bagaimana para petani teh bekerja. Di samping itu, para wisatawan juga bisa menambah pengetahuan mengenai teh dan kina serta sejarah perkebunan teh Gambung di perpustakaan yang berada di Gambung. Tidak ketinggalan, pemakaman R. E. Kerkhoven beserta kedua anaknya sendiri bisa dikunjungi secara umum. Sayang sekali, pengetahuan masyarakat sekitar tentang sejarah perkebunan teh Gambung dan R. E. Kerkhoven sendiri masih kurang. Bahkan ada yang sama sekali tidak mengetahui hal itu.
Bukti sejarah yang nyata—masih ada—hanya perkebunan teh Gambung dan pemakaman R. E. Kerkhoven. Tidak seperti pemakaman K. A. R. Bosscha di Pangalengan, pemakaman R. E. Kerkhoven berada di hutan sehingga cukup sulit diakses dan/atau sulit terlihat karena tempatnya yang jarang dilewati oleh orang-orang. Rumah yang dahulunya ditempati oleh R. E. Kerkhoven telah digantikan oleh gedung PPTK yang besar. Kita hanya bisa mengetahui lokasinya saja, rumah R. E. Kerkhoven berlokasi di tempat yang sekarang dijadikan ruangan direktur. Ketika diwawancarai, Maman mengemukakan pendapat yang cukup menyayat hati kita sebagai warga Indonesia “Sejarah begitu penting, namun di sini berbeda dengan di Eropa, sejarah tidak begitu diperdulikan.”
Walaupun masyarakat Gambung kurang mengenal sejarah perkebunan teh Gambung sendiri. Tapi tidak bisa dipungkuri bahwa pengetahuan masyarakat sekitar mengenai pengolahan dan/atau budidaya teh berbeda jauh dengan zaman dahulu. Mereka sudah dihadapkan pada teknologi yang mutakhir, bisa menghasilkan jenis-jenis teh yang baru, serta mengolah teh dengan kualitas yang baik untuk diekspor ke luar negeri.
Keberhasilan pengolahan dan produksi teh di Gambung tidak terlepas dari adanya PPTK Gambung. Sebab selaras dengan visi PPTK Gambung yang menyatakan keinginannya menjadi lembaga penelitian teh dan kina yang terkemuka di Asia. Adapun misi dari PPTK Gambung adalah “menghasilkan inovasi untuk kemajuan industri teh dan kina nasional, di antaranya dengan cara menciptakan atau pun merekayasa teknologi-teknologi budidaya teh dan kina dimulai dengan pengelolaan kebun yang baik dan pengolahan proses teh yang berkualitas tinggi”.
PPTK Gambung juga kerapkali menerima mahasiswa-mahasiswa yang praktek berkaitan dengan cara pengelolaan teh dan kina. Dengan didirikannya PPTK, Gambung menjadi sorotan sebagai perkebunan teh yang patut dicontoh dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada intinya, masyarakat sekitar dan para petani teh sangat diuntungkan dengan kehadiran PPTK Gambung.
Sekarang, Gambung bukan sekedar perkebunan teh biasa. Kehadiran para wisatawan yang menjadikan Gambung sebagai objek wisata, cukup berpengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Ditambah lagi terdapat wahana-wahana serta kegiatan mengasikan yang disediakan khusus oleh PPTK Gambung untuk para wisatawan yang mengunjungi Gambung sebagai peta rekreasi mereka. Misalnya, terdapat hamparan rumput untuk beristirahat serta menikmati pemandangan dan udara sejuk di Gambung. Sebagai wahana rekreasi dan/atau tempat bermain anak-anak, PPTK Gambung juga menyediakan outbond. Tidak kalah penting, perbedaan cukup mencolok dari sekarang dan zaman dahulu adalah produksi teh. Perkebunan teh Gambung sekarang sudah memiliki beragam jenis teh yang diproduksi dengan label produksi ‘Gamboeng’.
Perkebunan teh Gambung memang mengalami perkembangan yang pesat berkaitan dengan pengelolaan teh. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan pengetahuan masyarakat mengenai sejarah perkebunan teh Gambung dan R. E. Kerkhoven sebagai juragan teh Gambung. Hal ini membuktikan bahwa ada dua pengetahuan yang tidak berjalan lurus dan/atau berbanding terbalik pada masyarakat Gambung. (1) Pengetahuan mengenai pengolahan teh yang terus meningkat. Namun di sisi lain (2) pengetahuan sejarah perkebunan teh Gambung sendiri yang cendrung menurun dan terlupakan di kalangan masyarakat Gambung.

1 komentar: