Minggu, 29 Mei 2016

Pertanian dan Perkebunan: Sektor Ekonomi Unggulan Desa Cileles



sumber gambar: dokumen pribadi
 
Oleh: Yuris Fahman Zaidan
Salah satu ciri khas dalam tradisi antropologi Marxian adalah kekuatan produksi. Menurut Marx, kekuatan produksi berkisar pada wilayah bagaimana manusia mengoptimalkan energi yang dimilikinya, serta bahan baku material yang ada di sekitarnya (Mulyanto, 2014). Kekuatan produksi ini berkaitan erat dengan alam sekitar, di mana masyarakat mampu mengubah serta mengolahnya demi memenuhi kebutuhan materialnya (Mulyanto, 2011).
Marx juga berpandangan, kondisi dan/atau kesadaran manusia ditentukan oleh kondisi objektif sekitarnya (Suryajaya, 2012). Dengan kata lain, bukan kesadaran manusia yang menentukan
kondisi objektif sekitar, melainkan sebaliknya. Marx jelas bertentangan dengan asumsi Derrida: teks mengondisikan semua hal; atau dengan Hegel yang mengatakan bahwa filsafat merangkum segalanya.

Berkaitan dengan itu, pada kesempatan ini penulis akan menjabarkan kondisi ekonomi, kaitannya dengan kekuatan produksi, di Desa Cileles. Dalam Antropologi Marx (2011), Dede Mulyanto menulis bahwa yang dimaksud dengan kekuatan produksi adalah “kekuatan-kekuatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengolah dan mengubah alam” agar hasilnya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan material (h. 61). Lebih lanjut, kekuatan produksi itu dapat diidentifikasi melalui: 1) tenaga/kemampuan kerja; 2) perkakas/sarana/teknologi; dan 3) bahan baku material beserta varian pengembangannya (Sangadji, 2014) (Mulyanto, 2011).
Sebagai gambaran umum nan singkat, Cileles adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Desa Cileles memiliki empat dusun, 37 Rukun Tetangga (RT), dan 10 Rukun Warga (RW). Desa Cileles berbatasan dengan Desa Cilayung di sebelah utara, Desa Hegarmanah di bagian selatan, Desa Cibeusi di barat, dan Desa Kutamandiri di timur. Kesemua desa tersebut masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Jatinangor.
Pertanian dan perkebunan yang dominan
Berdasar data yang penulis peroleh dari pihak desa setempat, hampir seluruh sektor unggulan perekonomian Desa Cileles berkaitan dengan pertanian dan perkebunan. Sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:
Tabel I, Basis Ekonomi
Sektor Unggulan
Hasil
Tanaman pangan
1. Jagung
2. Kacang kedelai
3. Kacang tanah
4. Kacang panjang
5. Padi sawah
6. Padi ladang
7. Singkong
8. Ubi jalar
9. Cabe
10. Tomat
11. Mentimun
12. Kangkung
13. Umbi-umbian lain
14. Talas
15. Tumpang sari

1,6 ton/ha
- ton/ha
1 ton/ha
1 ton/ha
5 ton/ha
2 ton/ha
8 ton/ha
5 ton/ha
1 ton/ha
3 ton/ha
5 ton/ha
1,5 ton/ha
2 ton/ha
- ton/ha
1 ton/ha
Tanaman apotek hidup
1. Jahe
2. Kunyit
3. Lengkuas
4. Temu kunci
5. Daun sirih
6. Daun sereh
7. Mahkota dewa
8. Kencur

2 ton/ha
1 ton/ha
1 ton/ha
- ton/ha
0,5 ton/ha
1 ton/ha
- ton/ha
2 ton/ha
Kehutanan
1. Kayu
2. Bambu 

100 m3/ th
1000 m3/ th
Peternakan
1. Telur
2. Daging

- kg/th
- kg/th
Perikanan
1. Mas
2. Mujair
3. Lele
4. Nila

3 ton/th
0,5 ton/th
0,5 ton/th
3 ton/th
Sumber: Profil Desa Cileles tahun 2015
Dari data di atas, terutama jumlah hasil tiap jenis komoditinya, dapat kita lihat bahwa sektor perekonomian unggulan Desa Cileles adalah pertanian. Hal ini berbanding lurus dengan jenis pekerjaan mayoritas masyarakat Cileles, yakni petani dan buruh tani. Apabila dirinci, masyarakat yang bermata pencaharian petani di Cileles berjumlah 445 orang: terdiri dari 300 petani laki-laki dan 145 petani perempuan. Jumlah tersebut belum dihitung dengan buruh taninya yang berjumlah 270 orang: 140 buruh tani laki-laki dan 130 buruh tani perempuan. Dengan perkataan lain, kebanyakan  masyarakat Cileles (715 orang) menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Kondisi tersebut, pertanian dan bertani yang begitu dominan di Cileles, tentu tidak hadir dan terjadi begitu saja. Dalam tatapan Marxian, selalu ada kondisi material objektif tertentu yang memungkinkan kondisi itu mengejawantah. Martin Suryajaya (2012) menyebutkan bahwa inti dari ajaran Karl Marx sejatinya adalah materialitas objektif yang terumuskan dalam materialisme historis. Dengan kata lain, kondisi manusia ditentukan oleh kondisi objektif di sekitarnya.
Di Desa Cileles, dapat kita lihat bahwa pertanian yang menjadi sektor ekonomi unggulan itu diakibatkan kondisi objektif desa tersebut yang mendukung bagi pengolahan dan/atau pengelolaan tanah dengan cara bertani. Desa yang tengah kita bicarakan ini memiliki luas wilayah 320 Ha. Mayoritas tanahnya dikelola sebagai lahan pertanian: persawahan seluas 63,71 Ha dan perkebunan seluas 42,40 Ha. Jika dijumlahkan, seluruh luas lahan pertanian dan perkebunan menempati urutan pertama pengelolaan tanah di desa tersebut, yakni 106,11 Ha.—lebih luas ketimbang tanah yang dijadikan pemukiman (64,20 Ha).
Desa tersebut memiliki bentuk morfologi tanah berupa pegunungan dengan ketinggian 200-700 mdpl, dengan suhu rata-rata harian 23-28°C. Keadaan seperti itu, sangat memungkinkan (dan mendukung bagi) pengolahan lahan dengan cara pertanian dan perkebunan. Sebagaimana dilansir situs Ruangtani.com (2015), syarat bercocok tanam padi (bersawah) memerlukan ketinggian 0-650 mdpl dengan temperatur 22-27°C, apabila berada di dataran rendah. Sedangkan untuk dataran tinggi, 650-1.500 mdpl, serta harus bertemperatur 19-23°C .
Desa Cileles tergolong berdataran rendah, 200-700 mdpl, dengan temperatur 23-28°C. Karena itu, ketinggian serta temperaturnya cocok untuk bertani, dan masyarakat Cileles banyak yang bekerja sebagai petani dan buruh tani. Maka tak heran pula jika 106,11 Ha dari total luas wilayah desa itu, dijadikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan wawancara dengan pihak aparatur desa dan data yang penulis peroleh, setidaknya ada dua potensi sumber daya alam Desa Cileles yang mendukung pengolahan tanah dengan cara bertani dan berkebun. Pertama, melimpah ruahnya sumber daya alam air bersih, yang membuat para petani tidak kesulitan ketika mengurus persawahan dan perkebunannya. Walaupun di sisi lain, ada juga daerah di itu yang kesulitan air seperti di wilayah RW 01, terutama RT 03, sehingga dibutuhkan perhatian khusus ketika musim kemarau tiba.
Kedua, terdapat lahan pekarangan yang subur. Ini juga yang menjadi alasan mengapa pertanian dan perkebunan menjadi sumber penghidupan dominan di Cileles—selain tentunya karena masyarakat Cileles sadar akan potensi alam (tanah) di daerahnya.
Karyawan swasta di peringkat kedua
Selain bertani dan berkebun, pekerjaan dominan kedua di Desa Cileles adalah karyawan swasta. Sebanyak 120 warga Cileles berprofesi sebagai karyawan perusahaan swasta. Sama halnya degan bertani dan berkebun, banyaknya warga Cileles yang menjadi karyawan swasta ditopang oleh kondisi objektif sekitar desa itu.
Kita tentu tahu bahwa, selain terdapat banyak perguruan tinggi, di Jatinangor terdapat beberapa kawasan industri dan perusahaan swasta. Kondisi itu menjadi peluang dan dimanfaatkan sebagian masyarakat Cileles untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain, sebagian masyarakat Cileles merasakan manfaat dari adanya kawasan industri tersebut dengan menjadi karyawan pabrik dan/atau karyawan perusahaan swasta.
Keadaan tersebut, menurut parut desa setempat, berbeda dengan keadaan Jatinangor beberapa tahun ke belakang, ketika belum banyak pabrik serta perusahaan swasta berdiri di sana. Karenanya, dahulu masyarakat yang menjadi karyawan perusahaan swasta tidak sebanyak seperti sekarang. Hal ini dimungkinkan karena kondisi objektif dulu, tidak memungkinkan masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai karyawan perusahaan swasta.
Setidaknya ada tiga poin lain yang melatarbelakangi meningkatnya jumlah warga Cileles yang memilih jadi karyawan perusahaan swasta. Pertama, Desa Cileles merupakan bagian Kecamatan Jatinangor, sehingga akses masyarakat untuk masuk ke perusahaan swasta yang ada di Jatinangor terbilang besar. Kedua, jarak antara Desa Cileles dan “pusat keramaian” di Jatinangor tidak terlalu jauh. Itu menguntungkan masyarakat yang bekerja di Jatinangor dalam hal jarak yang mesti ditempuhnya. Ketiga, kebanyakan masyarakat Cileles berpendidikan rendah. Sehingga, profesi yang diemban pun tak lain sebagai petani, karyawan perusahaan swasta, dan/atau buruh pabrik.
Tabel II, Tingkat Penduduk
Tingkatan Usia
Laki-laki
Perempuan
Usia 3-6 tahun, belum masuk TK
109 orang
102 orang
Usia 3-6 tahun, sedang TK
29 orang
27 orang
Usia 7-18 tahun, sedang sekolah
332 orang
337 orang
Usia 18-56 tahun, tidak pernah sekolah
9 orang
6 orang
Usia 18-56 tahun, pernah SD tapi tidak tamat
49 orang
56 orang
Tamat SD/sederajat
456 orang
463 orang
Jumlah usia 12-56 tahun, tidak tamat SLTP
47 orang
39 orang
Jumlah usia 18-56 tahun, tidak tamat SLTA
24 orang
14 orang
Tamat SMP/sederajat
312 orang
332 orang
Tamat SMA/sederajat
271 orang
245 orang
Tamat D-3/sederajat
49 orang
42 orang
Tamat S-1/sederajat
33 orang
27 orang
Tamat SLB B
1 orang
1 orang
Sumber: Profil Desa Cileles tahun 2015
Seturut pemaparan penulis di atas, perihal kondisi ekonomi (mata pencaharian dan sumber penghidupan) utama di Desa Cileles, boleh dibilang bahwa tesis Marxian yang mengumbar bahwa jenis produksi ekonomi dipengaruhi oleh kondisi objektif di sekitarnya, masih relevan dan berlaku hingga sekarang. Dapat disimpulkan bahwa sektor ekonomi unggulan Desa Cileles serta dua mata pencaharian utamanya, bertani dan berkebun, tidak terlepas dari kondisi objektif (keadaan alam, kemampuan warga, serta sarana-prasana yang tersedia) di Desa Cileles dan sekitarnya.

Daftar Rujukan
Mulyanto, Dede. (2011). Antropologi Marx: Karl Marx Tentang Masyarakat dan Kebudayaan. Bandung: Ultimus.
Mulyanto, Dede. (2014). Materialisme Marx: Perspektif Antropologi. Dalam Dede Mulyanto & Stanley Khu (Ed.), Pengantar Pemikiran Tokoh-Tokoh Antropologi Marxis (h. 31-37). Tangerang: Marjin Kiri.
Sangadji, Arianto. (2014). Materialisme Sejarah dan Transisi dari Feodalisme ke Kapitalisme. Indoprogress, 01, 33-70.
Suryajaya, Martin. (2012). Materialisme Dialektis. Yogyakarta: Resist Book.
Ruang Tani. (2015). 10 Panduan Lengkap dan Teknik Cara Budidaya Padi yang Baik dan Benar. Diperoleh dari situs Ruang Tani: http://www.ruangtani.com/10-panduan-lengkap-dan-teknik-cara-budidaya-padi-yang-baik-dan-benar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar