Salah satu ciri khas dalam tradisi antropologi Marxian adalah
kekuatan produksi. Menurut Marx, kekuatan produksi berkisar pada wilayah
bagaimana manusia mengoptimalkan energi yang dimilikinya, serta bahan baku
material yang ada di sekitarnya (Mulyanto, 2014). Kekuatan produksi ini
berkaitan erat dengan alam sekitar, di mana masyarakat mampu mengubah serta
mengolahnya demi memenuhi kebutuhan materialnya (Mulyanto, 2011).
Marx juga berpandangan, kondisi dan/atau kesadaran manusia
ditentukan oleh kondisi objektif sekitarnya (Suryajaya, 2012). Dengan kata
lain, bukan kesadaran manusia yang menentukan
kondisi objektif sekitar, melainkan sebaliknya. Marx jelas bertentangan dengan asumsi Derrida: teks mengondisikan semua hal; atau dengan Hegel yang mengatakan bahwa filsafat merangkum segalanya.
kondisi objektif sekitar, melainkan sebaliknya. Marx jelas bertentangan dengan asumsi Derrida: teks mengondisikan semua hal; atau dengan Hegel yang mengatakan bahwa filsafat merangkum segalanya.
Berkaitan dengan itu, pada kesempatan ini penulis akan menjabarkan
kondisi ekonomi, kaitannya dengan kekuatan produksi, di Desa Cileles. Dalam Antropologi Marx (2011), Dede Mulyanto
menulis bahwa yang dimaksud dengan kekuatan produksi adalah “kekuatan-kekuatan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengolah dan mengubah alam” agar
hasilnya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan material (h. 61). Lebih
lanjut, kekuatan produksi itu dapat diidentifikasi melalui: 1) tenaga/kemampuan
kerja; 2) perkakas/sarana/teknologi; dan 3) bahan baku material beserta varian
pengembangannya (Sangadji, 2014) (Mulyanto, 2011).
Sebagai gambaran umum nan singkat, Cileles adalah salah satu desa
yang berada di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Desa Cileles memiliki
empat dusun, 37 Rukun Tetangga (RT), dan 10 Rukun Warga (RW). Desa Cileles
berbatasan dengan Desa Cilayung di sebelah utara, Desa Hegarmanah di bagian
selatan, Desa Cibeusi di barat, dan Desa Kutamandiri di timur. Kesemua desa
tersebut masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Jatinangor.
Pertanian dan
perkebunan yang dominan
Berdasar data yang penulis peroleh dari pihak desa setempat, hampir
seluruh sektor unggulan perekonomian Desa Cileles berkaitan dengan pertanian
dan perkebunan. Sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:
Tabel I, Basis Ekonomi
Sektor Unggulan
|
Hasil
|
Tanaman pangan
1. Jagung
2. Kacang
kedelai
3. Kacang
tanah
4. Kacang
panjang
5. Padi sawah
6. Padi
ladang
7. Singkong
8. Ubi jalar
9. Cabe
10. Tomat
11. Mentimun
12. Kangkung
13.
Umbi-umbian lain
14. Talas
15. Tumpang
sari
|
1,6 ton/ha
- ton/ha
1 ton/ha
1 ton/ha
5 ton/ha
2 ton/ha
8 ton/ha
5 ton/ha
1 ton/ha
3 ton/ha
5 ton/ha
1,5 ton/ha
2 ton/ha
- ton/ha
1 ton/ha
|
Tanaman apotek hidup
1. Jahe
2. Kunyit
3. Lengkuas
4. Temu kunci
5. Daun sirih
6. Daun sereh
7. Mahkota
dewa
8. Kencur
|
2 ton/ha
1 ton/ha
1 ton/ha
- ton/ha
0,5 ton/ha
1 ton/ha
- ton/ha
2 ton/ha
|
Kehutanan
1. Kayu
2. Bambu
|
100 m3/ th
1000 m3/ th
|
Peternakan
1. Telur
2. Daging
|
- kg/th
- kg/th
|
Perikanan
1. Mas
2. Mujair
3. Lele
4. Nila
|
3 ton/th
0,5 ton/th
0,5 ton/th
3 ton/th
|
Sumber: Profil
Desa Cileles tahun 2015
Dari data di atas, terutama jumlah hasil tiap jenis komoditinya,
dapat kita lihat bahwa sektor perekonomian unggulan Desa Cileles adalah
pertanian. Hal ini berbanding lurus dengan jenis pekerjaan mayoritas masyarakat
Cileles, yakni petani dan buruh tani. Apabila dirinci, masyarakat yang bermata
pencaharian petani di Cileles berjumlah 445 orang: terdiri dari 300 petani
laki-laki dan 145 petani perempuan. Jumlah tersebut belum dihitung dengan buruh
taninya yang berjumlah 270 orang: 140 buruh tani laki-laki dan 130 buruh tani
perempuan. Dengan perkataan lain, kebanyakan masyarakat Cileles (715 orang) menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian.
Kondisi tersebut, pertanian dan bertani yang begitu dominan di
Cileles, tentu tidak hadir dan terjadi begitu saja. Dalam tatapan Marxian,
selalu ada kondisi material objektif tertentu yang memungkinkan kondisi itu
mengejawantah. Martin Suryajaya (2012) menyebutkan bahwa inti dari ajaran Karl
Marx sejatinya adalah materialitas objektif yang terumuskan dalam materialisme historis.
Dengan kata lain, kondisi manusia ditentukan oleh kondisi objektif di
sekitarnya.
Di Desa Cileles, dapat kita lihat bahwa pertanian yang menjadi sektor
ekonomi unggulan itu diakibatkan kondisi objektif desa tersebut yang mendukung bagi
pengolahan dan/atau pengelolaan tanah dengan cara bertani. Desa yang tengah
kita bicarakan ini memiliki luas wilayah 320 Ha. Mayoritas tanahnya dikelola
sebagai lahan pertanian: persawahan seluas 63,71 Ha dan perkebunan seluas 42,40
Ha. Jika dijumlahkan, seluruh luas lahan pertanian dan perkebunan menempati
urutan pertama pengelolaan tanah di desa tersebut, yakni 106,11 Ha.—lebih luas
ketimbang tanah yang dijadikan pemukiman (64,20 Ha).
Desa tersebut memiliki bentuk morfologi tanah berupa pegunungan
dengan ketinggian 200-700 mdpl, dengan suhu rata-rata harian 23-28°C. Keadaan
seperti itu, sangat memungkinkan (dan mendukung bagi) pengolahan lahan dengan cara
pertanian dan perkebunan. Sebagaimana dilansir situs Ruangtani.com (2015), syarat
bercocok tanam padi (bersawah) memerlukan ketinggian 0-650 mdpl dengan
temperatur 22-27°C, apabila berada di dataran rendah. Sedangkan untuk dataran
tinggi, 650-1.500 mdpl, serta harus bertemperatur 19-23°C .
Desa Cileles tergolong berdataran rendah, 200-700 mdpl, dengan
temperatur 23-28°C. Karena itu, ketinggian serta temperaturnya cocok untuk
bertani, dan masyarakat Cileles banyak yang bekerja sebagai petani dan buruh
tani. Maka tak heran pula jika 106,11 Ha dari total luas wilayah desa itu,
dijadikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.
Berdasarkan wawancara dengan pihak aparatur desa dan data yang
penulis peroleh, setidaknya ada dua potensi sumber daya alam Desa Cileles yang mendukung
pengolahan tanah dengan cara bertani dan berkebun. Pertama, melimpah ruahnya sumber daya alam air bersih,
yang membuat para petani tidak kesulitan ketika mengurus persawahan dan
perkebunannya. Walaupun di sisi lain, ada juga daerah di itu yang kesulitan air
seperti di wilayah RW 01, terutama RT 03, sehingga dibutuhkan perhatian khusus
ketika musim kemarau tiba.
Kedua, terdapat lahan pekarangan yang subur. Ini juga yang menjadi alasan
mengapa pertanian dan perkebunan menjadi sumber penghidupan dominan di Cileles—selain
tentunya karena masyarakat Cileles sadar akan potensi alam (tanah) di
daerahnya.
Karyawan swasta
di peringkat kedua
Selain bertani dan berkebun, pekerjaan dominan kedua di Desa
Cileles adalah karyawan swasta. Sebanyak 120 warga Cileles berprofesi sebagai
karyawan perusahaan swasta. Sama halnya degan bertani dan berkebun, banyaknya
warga Cileles yang menjadi karyawan swasta ditopang oleh kondisi objektif
sekitar desa itu.
Kita tentu tahu bahwa, selain terdapat banyak perguruan tinggi, di
Jatinangor terdapat beberapa kawasan industri dan perusahaan swasta. Kondisi
itu menjadi peluang dan dimanfaatkan sebagian masyarakat Cileles untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain, sebagian masyarakat Cileles
merasakan manfaat dari adanya kawasan industri tersebut dengan menjadi karyawan
pabrik dan/atau karyawan perusahaan swasta.
Keadaan tersebut, menurut parut desa setempat, berbeda dengan keadaan
Jatinangor beberapa tahun ke belakang, ketika belum banyak pabrik serta
perusahaan swasta berdiri di sana. Karenanya, dahulu masyarakat yang menjadi
karyawan perusahaan swasta tidak sebanyak seperti sekarang. Hal ini dimungkinkan
karena kondisi objektif dulu, tidak memungkinkan masyarakatnya memiliki mata
pencaharian sebagai karyawan perusahaan swasta.
Setidaknya ada tiga poin lain yang melatarbelakangi meningkatnya
jumlah warga Cileles yang memilih jadi karyawan perusahaan swasta. Pertama, Desa Cileles
merupakan bagian Kecamatan Jatinangor, sehingga akses masyarakat untuk masuk ke
perusahaan swasta yang ada di Jatinangor terbilang besar. Kedua, jarak antara Desa
Cileles dan “pusat keramaian” di Jatinangor tidak terlalu jauh. Itu
menguntungkan masyarakat yang bekerja di Jatinangor dalam hal jarak yang mesti
ditempuhnya. Ketiga, kebanyakan
masyarakat Cileles berpendidikan rendah. Sehingga, profesi yang diemban pun tak
lain sebagai petani, karyawan perusahaan swasta, dan/atau buruh pabrik.
Tabel II, Tingkat Penduduk
Tingkatan Usia
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Usia 3-6 tahun, belum masuk TK
|
109 orang
|
102 orang
|
Usia 3-6 tahun, sedang TK
|
29 orang
|
27 orang
|
Usia 7-18 tahun, sedang sekolah
|
332 orang
|
337 orang
|
Usia 18-56 tahun, tidak pernah sekolah
|
9 orang
|
6 orang
|
Usia 18-56 tahun, pernah SD tapi tidak tamat
|
49 orang
|
56 orang
|
Tamat SD/sederajat
|
456 orang
|
463 orang
|
Jumlah usia 12-56 tahun, tidak tamat SLTP
|
47 orang
|
39 orang
|
Jumlah usia 18-56 tahun, tidak tamat SLTA
|
24 orang
|
14 orang
|
Tamat SMP/sederajat
|
312 orang
|
332 orang
|
Tamat SMA/sederajat
|
271 orang
|
245 orang
|
Tamat D-3/sederajat
|
49 orang
|
42 orang
|
Tamat S-1/sederajat
|
33 orang
|
27 orang
|
Tamat SLB B
|
1 orang
|
1 orang
|
Sumber: Profil
Desa Cileles tahun 2015
Seturut pemaparan penulis di atas, perihal kondisi ekonomi (mata
pencaharian dan sumber penghidupan) utama di Desa Cileles, boleh dibilang bahwa
tesis Marxian yang mengumbar bahwa jenis produksi ekonomi dipengaruhi oleh
kondisi objektif di sekitarnya, masih relevan dan berlaku hingga sekarang.
Dapat disimpulkan bahwa sektor ekonomi unggulan Desa Cileles serta dua mata
pencaharian utamanya, bertani dan berkebun, tidak terlepas dari kondisi
objektif (keadaan alam, kemampuan warga, serta sarana-prasana yang tersedia) di
Desa Cileles dan sekitarnya.
Daftar Rujukan
Mulyanto, Dede.
(2011). Antropologi Marx: Karl Marx Tentang Masyarakat dan Kebudayaan. Bandung:
Ultimus.
Mulyanto, Dede.
(2014). Materialisme Marx: Perspektif
Antropologi. Dalam Dede Mulyanto & Stanley Khu (Ed.), Pengantar
Pemikiran Tokoh-Tokoh Antropologi Marxis (h. 31-37). Tangerang: Marjin
Kiri.
Sangadji,
Arianto. (2014). Materialisme Sejarah dan Transisi dari Feodalisme ke
Kapitalisme. Indoprogress, 01,
33-70.
Suryajaya, Martin. (2012). Materialisme
Dialektis. Yogyakarta: Resist Book.
Ruang Tani.
(2015). 10 Panduan Lengkap dan
Teknik Cara Budidaya Padi yang Baik dan Benar. Diperoleh dari situs
Ruang Tani: http://www.ruangtani.com/10-panduan-lengkap-dan-teknik-cara-budidaya-padi-yang-baik-dan-benar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar