Senin, 14 Desember 2015

Revolusi Obschina: Tinjauan Teori Faktor Penentu Dinamika Gerakan Sosial

sumber gambar: bumirakyat.wordpress.com
Oleh: Yuris Fahman Zaidan
Berbicara faktor-faktor penentu dinamika gerakan sosial, kita tidak bisa melepaskan diri dari empat teori yang berkenaan dengan hal itu: political oppurtunity structure, mobilization resource, movement framing, dan exchange of interest. Beranjak dari empat faktor penentu dinamika gerakan sosial itu, penulis akan membahas satu-persatu dari teori tersebut, walaupun tidak akan lengkap serta mendatail. Kemudian untuk lebih memahami teori-teori itu, penulis akan hubungkan dengan suatu studi kasus: revolusi petani di Rusia yang dilatarbelakangi oleh kelompok Obchina sebagai gerakan sosial petani.1
Davis S. Meyer dalam tulisannya yang berjudul Political Opportunity and Nested Instutions (2003: 17) menyebutkan bahwa beberapa sarjana Eropa berbeda pendapat dalam mendefinisikan apa yang dimaksud dengan political opportunity structure.
Namun di sisi lain Meyer juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kunci dan/atau aspek-aspek yang sama dalam memahami teori ini. Dalam tulisannya, Meyer mengutip pendapat Tarrow yang menyebutkan bahwa dalam political opportunity structure terdapat lima unsur yang saling berkaitan: tingkat keterbukaan dalam negara itu sendiri (the degree of openness in the polity), stabilitas keberpihakan politik (the stability of political anglignment), kehadiran sekutu dan kelompok dukungan—kelompok-kelompok yang mendukung—(the presence of allies and support groups), perpecahan dalam elit yang relevan dan/atau toleransi untuk protes (divisions within the relevant elite and/or its tolerance for protest), dan yang terakhir adalah adanya represi/penindasan dan fasilitasi perbedaan pendapat oleh negara (repression and fasilitasion of dissent by the state).
Secara sederhana, jika kita lihat kelima unsur yang disebutkan oleh Tarrow berikut, kita dapat mengidentifikasi bahwa political opportunity structure berbicara mengenai faktor eksternal yang mendorong suatu gerakan sosial untuk bertindak dan/atau adanya dorongan dari luar. Sedangkan dalam tesis magister Sarah Turner yang berjudul Success in Social Movement: Looking at Constitutional-Based Demands to Determine The Potential Success of Social Movement (2013: 5) mengutip pendapat dari Kitschelt bahwa teori ini memfokuskan bagaimana gambaran-gambaran perpolitikan menimbulkan kesempatan, salah satu dari keduanya dengan sadar ataupun dengan tidak sadar. Kitschelt juga bericara bahwa political opportunity structure memfokuskan diri dalam suatu pandangan kepentingan yang mana para demonstran bisa mengorganisasikan (kelompoknya) untuk melakukan aksi kolektif dan protes-protes.
Setelah penulis kaji, ketika dikaitkan dalam studi kasus radikalisme petani di Rusia bahwa struktur kesempatannya muncul ketika kekaisaran Tsar pada saat itu dalam keadaan tidak stabil atau sedang mengalami kekacauan. Sehingga mendorong lahirnya gerakan dari para petani atau gerakan Obchina itu sendiri. Kekaisaran Tsar merupakan faktor pendorong dari kubu luar atau eksternal. Sedangkan Obchina merupakan suatu organisasi yang mewadahi lahirnya pemberontakan-pemberontakan dari para petani. Maka dari itu ketika kekaisaran Tsar mengalami ketidakstabilan maka Obchina langsung bergerak dengan pemberontakan-pemberontakan yang mengecam adanya kebijakan yang telah ada. Kebijakan-kebijakan itu meliputi pajak yang dibebankan pada para petani yang semakin membungbung tinggi. Jika kita lihat dalam perspektif teori political opportunity structure, faktor eksternal yang berhasil mendorong Obchina dalam melakukan revolusi adalah melemahnya kekaisaran Tsar dan juga karena peperangan antara Rusia dengan Australia, sehingga banyak tentara yang gugur. Dan hal itu menjadikan pertahanan Rusia melemah, yang dikemudian hari memudahkan para petani miskin dan Obchina untuk menentang tuan tanah, rezim Tsar dan pemerintahan Rusia saat itu (Skocpol, 1979: 138).
Keberhasilan revolusi Rusia oleh petani miskin dan Obchina tidak hanya bisa dilihat dalam sudut pandang teori political opportunity structure saja. Sebab teori ini tidak begitu saja berjalan lurus tanpa kritikan. Teori resource mobilization misalnya mengkritik pandangan dari political opportunity structure. Seperti yang telah Bu Hilma Safiri katakan di kelas Sosiologi F angkatan 2014, bahwa orang yang telah mengerti teori political opportunity structure harusnya mengerti juga tentang teori resource mobilization—kedua teori ini saling bertentangan.
Yang paling penting dari teori resource mobilization adaah mobilisasi itu sendiri. Sedangkan mobilisasi adalah proses menciptakan suatu produk gerakan yang ditujukan kepada aktor dan publik di luar gerakan itu (Karatzogianni, 2005: 4). Sarah Turner (2013: 4) mengutip pandangan Jenkins yang mengatakan bahwa dasar dari teori resource mobilization berada dalam teori-teori ekonomi. Turner juga mengutip pendapat McAdams yang berpandangan bahwa sumber daya (resource) dirujuk kedalam teori-teori yang sangat khas yang mencakup akses kemapanan pasar dan/atau perusahaan negara. Tidak hanya itu, teori ini juga mendominasi literatur-literatur yang berkenaan dengan gerakan sosial, dan banyak para sarjana melihat peran dari karakteristik organisasi dalam suatu gerakan.Secara sederhana Sarah Turner (2013: 5) menyebutkan bahwa teori resource mobilization adalah tersedianya sumberdaya untuk memobilisasi individu-individu yang ada dalam gerakan sosial tersebut. Teori resource mobilization bertitik tolak pada kesuksesan gerakan itu sendiri dan tidak beranggapan bahwa keberhasilan gerakan sosial ditentukan pada suatu kehadirian pemimpin-pemimpin yang berkarismatik atau munculnya kesempatan—berasal dari negara—seperti halnya pada teori political opportunity structure.
Dengan kata lain, Resource Mobilization merupakan faktor pendorong internal dimana anggota kelompok gerakanlah yang harus menggunakan potensi-potensi yang ada dalam kelompoknya sehinga bisa terus bertahan dan mampu untuk terus-menerus melakukan tantangan. Sebelum melalukan gerakan pada tahun 1917 dan revolusi yang dilakukan oleh Obchina serta para petani miskin dikatakan berhasil. Sebenarnya pada tahun 1905 dan 1907 telah terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh mereka (Skocpol, 1979: 147). Ini menunjukan bahwa keberhasilan gerakan sosial Obchina bukan hanya karena faktor eksternal saja—seperti halnya dalam political oppurtunity structure. Tapi, pemberontakan yang terjadi sebelum tahun 1917 menunjukan kesolidan dan/atau mobilisasi sumberdaya yang kuat dalam gerakan tu sendiri.
Dimuka telah dibahas dua dinamika penentu gerakan sosial: political opportunity structure dan resource mobilitation. Setelah mengkaji dua teori di atas, ternyata masih ada teori lain yang membahas mengenai dinamika penetu gerakan sosial, namun dengan sudut pandang yang berbeda pula. Teori tersebut adalah Movement Framing.
Konsep dari frame itu sendiri digunakan dalam pembelajaran gerakan sosial yang memperoleh posisi terpenting dalam konsepsi Goffman. Bagi Goffman, frame ditandai sebagai “skema intrepretasi (penafsiran)” yang memungkinkan individu “untuk menemukan, memahami, mengidentifikasi, dan label” kejadian dalam kehidupan mereka serta dunia pada umumnya (Benford and Snow, 2000: 614).
Dalam perspektif ini, gerakan sosial tidak hanya dilihat sebagai pembawa ide-ide, pengaturan struktural, atau ideologi yang terdapat di dalamnya saja. Lebih dari itu, gerakan sosial dilihat sebagai agen yang menandakan dengan aktif dalam produksi serta pemeliharaan unsur-unsur pokok, lawan-lawan oleh pemerharti. Mereka sangat dikacaukan, bersama dengan kehadiran media, pemerintahan lokal, dan negara, dalam apa yang telah ditunjuk dan/atau disebut sebagai politik penandaan (Benford and Snow, 2000: 613). Secara khas, frame itu sendiri dihubungkan dan/atau dibentuk bersama keluhan-keluhan dari grup itu sendiri (Turner, 2013: 7).
Dengan kata lain, movement framing merupakan salah satu faktor gerakan yang membingkai suatu tuntutan agar banyak yang berpartisipasi dalam melakukan aksi atau pemberontakan (politik aliran). Movement Framing bisa diartikan juga sebagai suatu proses untuk mendefinisikan situasi sosial yang terjadi di tengah masyarakat dalam mendorong munculnya protes dan gerakan perlawanan. Cukupnya sumberdaya serta adanya pengikat gerakan yakni tujuan yang sama, akan munculkan reaksi terhadap suatu kekuatan yang mendorong perubahan sosial terjadi.
Dalam studi kasus reforma agraria di Rusia, faktor pententu movement framing ini muncul ketika—katakanlah—para petani A, petani B, dan petani lainnya diwadahi oleh Obchina. Karena petani A, dan petani lainnya itu memiliki pokok permasalah yang berbeda-beda, seperti petani A menuntut pajak dihapuskan dan petani lainnya menuntut agar kepemilikan tanah secara pribadi tetapi suatu ideologi atau tujuan yang sama yaitu meruntuhkan rezim yang ada serta reforma agraria. Pada akhirnya atas ideologi dan/atau bingkaian yang sejalan antar para petani miskin tersebut, maka mereka memutuskan diri untuk terlibat dalam Obcshina. Maka dari itu, yang Obcshina tuntutkan tidak lebih merupakan yang menjadi pokok masalah bersama para petani yang tertindas.
Tiga teori penentu dinamika gerakan sosial telah penulis bahas satu-persatu, sekarang tiba waktunya kita akan membahas teori terakhir yang berkenaan dengan gerakan sosial: exchange of interests. Sebenarnya teori yang satu ini sering disinggung jauh-jauh hari ketika mahasiswa kelas F berdiskusi di kelas. Dengan tidak sadar teori ini sering dibicarakan sebelum Bu Hilma Safitri menjelaskan topik bahasan yang berkenaan dengan faktor-faktor penentu dinamika gerakan sosial.
Tidak hanya itu, karena dalam matakuliah Teori Sosiologi Klasik 2 (TSK 2) juga belajar mengenai paradigma perilaku sosial yang di dalamnya mencakup teori exchange, maka mahasiswa tidak asing lagi dengan kata “pertukaran”. Dalam teori ini ada tiga poin yang disoroti oleh George Homan: pandangan terhadap emergence, psikologi, dan metode penjelasan Durkheim (Ritzer, 2013: 74).
Namun walaupun keduanya sama-sama memakai kata exchange, objek pembahasannya berbeda. Maka dari itu, perlu digaris bawahi bahwa penulis akan membahas mengenai teori exchange of interests dalam cakupan yang lebih spesifik: faktor penentu dinamika gerakan sosial.
Dianto Bachriadi (2012: 15) misalnya mengutip pendapat Wolf bahwa keberhasilan kelompok atau komunitas petani dalam merebut kekuasaan yang menghegemoninya sangat ditentukan manakala mereka berhubugan dan/atau berkoalisi dengan pihak lain yang ada di luar komunitasnya. Maka bisa dikatakan bahwa pertukaran kepentingan ini adalah hal yang mendasari mereka terlibat dalam suatu gerakan sosial.
Faktor ini merupakan faktor yang baru muncul atau faktor pelengkap dari munculnya gerakan Obcshina . Sebenarnya untuk menentukan faktor ini, perlu pengkajian lebih mendalam. Namun setidaknya penulis berusaha mengkaji bahwa dalam radikalisme petani di Rusia, di sana terdapat pertukaran kepentingan. Semisal ketika para petani desa yang miskin bersekutu dengan kelompok Cossacks. Kelompok Cossacks merupakan kelompok petani dari perbatasan atau kelompok petani lain dari kota untuk melakukan pemberontakan-pemberontakan melawan rezim kekaisaran. Akan tetapi pada abad akhir kedelapan belas pemerintah Rusia telah berhasil menguasai keadaan diperbatasan dan mengangkat kelompok Cossacks sebagai polisi militer (gendarmarie) kekaisaran. Padahal pada awal kemunculannya kelompok Cossacks ini bersekutu dengan petani desa untuk melakukan pemberontakan kepada kekaisaran. Akan tetapi setelah pemerintah Rusia berhasil menguasai keadaan dan mengajak kelompok Cossacks untuk jadi bagian dari militer kekaisaran, tujuan dari kelompok Cossacks pun berubah, dan pada akhirnya mereka bergabung dengan kekaisaran menjadi bagian kemiliteran kekaisaran (Skocpol, 1979: 137).

Daftar Pustaka:
Bachriadi, Dianto. (2012). Dari Lokal Ke Nasional Kembali Ke Lokal : Perjuangan Hak Atas Tanah. Bandung: ARC books.
Benford, Robert D & David A Snow. (2000). Framing Processes and Social Movements: An Overview and Assessment. Dalam jurnal Annual Review of Sociology Vol. 26, h. 611-639. Published by Annual Reviews.
Karatzogianni, Athina. (2005). Social Movement and Sociopolitical Cyberconflicts. Manchester: University of Nottingham.
Meyer, David S. (2003). Political Opportunity and Nested Instutions. Dalam Jurnal Social Movement Studies, Vol. 2, No. 1, 2013. AS: Carfax Publishing.
Ritzer, George. (2013). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terj. Alimandan. DKI, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Skocpol, Theda. (1979). Negara dan Revolusi Sosial. DKI, Jakarta: Erlangga.
Turner, Sarah. (2013). Success in Social Movement: Looking at Constitutional-Based Demands to Determine The Potential Success of Social Movement. AS, Bloomington: Indiana University.



1 Tulisan mengenai revolusi Obshina ini bisa didapatkan di buku Theoda Skocpoll yang berjudul Negara dan Revolusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar