Sabtu, 25 Oktober 2014

Evolusi Manusia (Antara Sains dan Agama Islam)

 sumber gambar: wikipedia.org
Oleh: Yuris F. Zaidan

Berbicara tentang evolusi manusia, maka ada hal yang menarik untuk diperbincangkan. Kita mengetahui bahwa evolusi manusia ada dalam ranah pembahasan sains, di sisi lain agama selalu berbicara dan berpendapat. Terkadang apa yang telah ditemukan sains kontradiktif dengan ajaran agama, walaupun tidak selalu hasil dari penelitian sains bertolak belakang dengan pemahaman agama. Inilah yang akan saya bahas, dalam tulisan saya yang sederhana ini.

Ketika kita berbicara definisi, maka tidak akan lepas dari arti etimologi dan makna terminologi. Hal ini rasanya penting karena dimulai dari istilahlah kita dapat memahami sesuatu. Sebelum kita tahu serta mempelajari makna evolusi secara terminologi, maka dianggap penting mengetahui arti etimologinya. Karena pembentukan istilah kurang lebih dipengaruhi oleh arti bahasanya.


Risa Agustin mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan evolusi secara etimologi adalah perubahan atau perkembangan segala bentuk kehidupan secara lambat (berangsur-angsur). Sementara Louis O.Kattsoff menyebutkan bahwa evolusi itu perkembangan tahap demi tahap yang dilawankan dengan tidak adanya perubahan sama sekali, atau perubahan yang menjembatani kesenjangan. Bagi saya sendiri, evolusi adalah suatu perkembangan melalui sejarah terdahulu. Kita ambil contoh, ketika saya dilahirkan, maka saya adalah seorang anak yang cuman bisa menangis, dan dewasa ini saya bisa menulis artikel yang saya buat sekarang. Maka dari itu saya tidak ragu lagi, bahwa saya yang sekarang adalah perkembangan dari masa kanak-kanak atau masa terdahulu.

Sebenarnya yang sering ditolak itu bukanlah pengertian dari evolusi manusia itu sendiri, akan tetapi dari segi penerapan asal-usul manusia. Tapi, di sisi lain ketika pemaknaan mengenai ‘evolusi’ itu kurang tepat atau keliru, banyak orang juga menolaknya. Kita mengetahui teori Darwin bahwa manusia itu berasal dari kera. Pengamatan serta penelitiaanya tidak terlepas dari sejarah masa lalu. Akan tetapi, semua itu terlalu tabu untuk kita jadikan sebagai pembenaran, di sisi lain agama juga berbicara bahwa teori tersebut bertentangan dengan ajarannya. Mungkin saja bila kita meneliti bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah itu sebuah dasar dari kehidupan sekarang.


Objektifitaskah yang Terpenting?

Dalam dunia sains, untuk mendapatkan kebenaran maka sementara harus meninggalkan dulu agama, budaya dan yang sebagainya demi mendapatkan hasil yang objektif. A. Setyo Wibowo pernah mengatakan bahwa sains adalah suatu yang kejam, kalaulah kita berada di Perancis maka kita tidak boleh sama sekali membawa-bawa agama, budaya atau apapun dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk mendapatkan ‘objektifitas’.

Maka dengan munculnya teori Darwin mengenai evolusi manusia yang sebagian besar bertentangan dengan agama, karena dia dapat meninggalkan pemahaman-pemahaman dahulu dan berusaha mencari hasil seobjektif mungkin. Kemudian pengamatan dan penelitiannya menyebutkan bahwa manusia itu berasal dari monyet atau kera.

Dengan meninggalkan pemahaman-pemahaman agama dalam penelitian, nantinya akan ada hal yang menyulut emosi orang-orang ketika hasil penelitian tersebut kontradiktif dengan ajaran agama yang mereka anut.

Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa semua itu tidak harus bersifat objektif. Objektif hanyalah selah satu bagian yang tidak bisa terlepaskan. Kemudian pada hal lain kita berkehendak untuk selalu benar dengan keobjektifan. Sebenarnya kaum saintifik juga menyadari adanya ‘kesalahan’, maka dari itu mereka mencoba menghindar dari kesalahan tersebut dengan mencari objektifitas.

Bagi saya sendiri, objektif harus ada dan tidak bisa disalahkan sebagai suatu yang merusak faham agama. Akan tetapi saya mempunyai anggapan, bahwa tidak seterusnya kita memuja pada keobjektifan, karena bagi saya, objektif adalah salah satu bagian di mana terkumpunlnya ‘keobjektifan’ serta ‘subjektif’, kemudian kita hanya membelah dan mengambil hasil objektif saja, sehingga menjadikan itu sebuah hasil yang cacat.


Asal-Usul Kehidupan dan Evolusi Manusia dalam Ajaran Islam

Sudah tidak aneh lagi ketika kita memperbincangkan asal usul manusia dalam Islam. Karena hal demikian sudah tercatat dalam dua sumber pegangan pokok umat Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketika Islam berbicara manusia pertama maka tiada lain dia adalah Nabi Adam as. Beliau adalah nabi pertama sekaligus manusia pertama.

Dalam ajaran Islam, awal mula manusia pertama datang akibat harus adanya pemimpin atau khalifah. Maka ketika Allah menawarkan ke gunung-gunung, lautan dan langit untuk mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi, mereka semua tidak sanggup. Kemudian semua itu ditibankan kepada manusia dan manusia yang pertama menjadi pemimpin ialah Adam as., dengan karunia akal serta hati yang Allah berikan kepada Adam maka dia sanggup untuk mengemban amanah tersebut. Dikatakan dalam ajaran Islam bahwa Adam itu adalah laki-laki.

Di sisi lain juga, Islam membicarakan asal-usul dan keberlangsungan kehidupan, bahwa awal mula kehidupan itu dari yang bersifat air. Air yang dimaksud adalah semua jenis air; air laut, danau, sumur dan lain sebagainya. Sebagaimana tercantum dalam QS.Al-Anbiya (21): 30

أَوَ لَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَكَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ كَانَتَا رَتۡقٗا فَفَتَقۡنَٰهُمَاۖوَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَيۡءٍ حَيٍّۚ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ ٣٠

“Tidakkah orang-orang kafir itu melihat bahwa lelangit dan bumi disatukan, kemudian mereka Kami pisahkan dan Kami menjadikan setiap yang hidup dari air. Lantas akankah mereka tak beriman?”

Maurice Bucaille memberi gambaran bahwa air adalah sumber pokok kehidupan serta air adalah wujud yang paling tua untuk mendukung kehidupan di suatu tempat. Thales yang kita kenal sebagai filsuf pertama juga menyebutkan bahwa semua itu berasal dari air. Maurice menganalisis bahwa yang paling tua dalam kehidupan itu adalah tumbuh-tumbuhan, kerena penelitian membuktikan bahwa ganggang telah ditemukan sejak dikenalinya daratan yang paling tua atau biasa disebut dengan istilah pra-Cambaria. Sementara mengenai tumbuh-tumbuhan Islam telah berbicara dalam Al-Qur’an.

ٱلَّذِيجَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ مَهۡدٗا وَسَلَكَ لَكُمۡ فِيهَا سُبُلٗا وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِمَآءٗ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦٓ أَزۡوَٰجٗا مِّن نَّبَاتٖ شَتَّىٰ ٥٣

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”  (QS. Taha (20): 53)

Maurice menafsirkan kedua ayat di atas sebagai hal yang berkaitan, bahwa semua itu merujuk pada suatu cairan. Dimana nanti terciptanya sesuatu diakibatkan dengan cairan. Kita mengetahui bahwa manusia ada karena dibuahinya ovum oleh sel sperma (air mani’), dan mungkin saja cikal bakal manusia dari cairan.

Tidak hanya sebatas mentafakuri adanya manusia, tuntutan paling utama dalam Islam manusia haruslah beribadah dan mendalami makna spiritualnya. Islam juga menyebutkan bahwa manusia adalah wujud yang amat erat kaitannya dengan tanah.

وَٱللَّهُأَنۢبَتَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ نَبَاتٗا ١٧ ثُمَّ يُعِيدُكُمۡ فِيهَاوَيُخۡرِجُكُمۡ إِخۡرَاجٗا ١٨

“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (QS. Nuh (71): 17-18)

Maurice mengatakan bahwa aspek spritual manusia ialah bahwa mereka mesti kembali ke tanah setelah kematian dan juga pada ajaran bahwa Tuhan akan mengeluarkan kita lagi ketika hari penghisaban.

Pada dasarnya Islam telah memberikan penjelasan mengenai asal-usul manusia, tinggal cara kita untuk memahami teks-teks yang telah diberikan Tuhan. Bagi saya, penafsiran Al-Qur’an dengan memanifestasikan ayat ke dalam teori sains adalah suatu hal yang keliru karena sains itu bersifat tidak mutlak kebenarannya. Maka saya berpendapat bahwa Al-Qur’an bukan ‘membicarakan teori-teori’ yang telah manusia temukan akan tetapi manusia baru bisa ‘memahami ayat-ayat Al-Qur’an’ dengan teori yang telah ditemukan oleh manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar