Lebaran bukan Sekedar Baju Baru
Berbicara tentang “sesuatu” pasti di dalamnya ada perbedaan pendapat
jika dilihat dari sudut pandang perorangan. Hal ini terjadi karena sudut
pandang perorangan memiliki tempat duduk yang berbeda-beda. Seperti
halnya sudut pandang antara tukang kayu dan pelajar mengenai apa itu
papan tulis. Kalau lah tukang kayu mengatakan bahwa yang disebut dengan
papan tulis adalah suatu media untuk menghasilkan uang, akan tetapi
berbeda jika itu dilihat dari sudut pandang pelajar, mereka mengatakan
bahwa papan tulis adalah alat di mana dia mendapatkan ilmu oleh apa yang
dituliskan gurunya di papan tulis.
Perbedaan sudut
pandang ini bukan hanya ada pada papan tulis, yang dinamakan dengan
sudut pandang atau persepsi kemungkinan di dalamnya ada pertentangan
begitu juga mengenai lebaran yang sebentar lagi kita hadapi.
Membeli
baju, celana atau pun pakaian yang lain sudah menjadi tradisi yang
tidak bisa dilepaskan di Indonesia. Apabila tidak membeli baju baru
rasanya Idul Fitri tidak lengkap, itulah yang saya dengar dari kebanyakan orang. Oleh karena itu bukan kedamaian lah ketika Idul Fitri tiba, akan tetapi utang dimana-mana hal itu disebabkan membeli barang-barang atau makanan yang berlebihan.
Islam melarang umatnya berlebihan atau biasa disebut israf. Akan tetapi dunia modern telah mendorong untuk berbuat israf
dan sebagian umat Islam pun tertarik kedalamnya. Perilaku berlebihan
ini telah mengkaburkan sebagian pandangan umat Islam tentang lebaran
atau Idul Fitri yang identik dengan semua hal yang baru.
Segala
sesuatu yang berlebihan yang terjadi di kalangan umat Islam tiada lain
akibat ada kekeliruan terhadap cermin yang mereka pakai setiap harinya.
Mereka hanya bercermin kepada cermin yang dipenuhi dengan motivasi dunia
saja. Padahal cermin yang paling utama bagi umat Islam serta penuntun
kepada kebenaran tiada lain terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang shahih
atau benar. Apabila umat Islam telah keluar dari cermin agama Islam
maka cermin dunia senantiasa akan memenuhi hati dan pikiran mereka.
Setelah
cermin dunia memenuhi hati dan pikiran mereka maka yang akan terjadi
mereka akan memenuhi hawa nafsu tanpa mempedulikan aturan yang selama
ini ada pada umat Islam. Syetan yang asalnya diikat ketika bulan Ramadhan kembali lepas oleh perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan.
Oleh karena itu pada Idul Fitri kali ini kita harus mentiadakan kebiasaan-kebiasaan Idul Fitri yang keluar dari ajaran Islam. Supaya kita mendapatkan pengampunan dari Allah bukan sekedar mendapat segala hal yang baru.
Yuris Fahman Zaidan,XII, MA Persis 03 Pameungpeuk Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar