Jumat, 14 Juni 2013
Pikiran Rakyat (Belia Cerpen), 16 April 2013
Jasa Sepatu Bolong
“Ah, kenapa aku selalu diliputi kesialan jika aku memakai sepatuini” ucapku dalam hati sambil menahan rasa kesal.
Di sepanjang perjalanan menuju sekolah hatiku diliputi dengan rasakesal. Rasa kesal itu tiada lain disebabkan oleh sepatuku yang bolong. “Jikaada sepatu lagi untuk menggantikan sepatu yang aku pakai ini, pasti aku akanmembuangnya jauh-jauh, tapi apa boleh buat sepatu inilah satu-satunya yang akupunya” sekali lagi aku menggerutu sambil melihat sepatu bagus yang dipakai olehAsep. Setiap aku pergi ke sekolah pasti kaos kakiku jadi basah apalagi bilamusim penghujan tiba, itulah yang membuat hatiku kesal. Yang terpikir dipikiranku bagaimana caranya supaya aku bisa mempunyai sepatu seperti sepatuyang dimiliki Asep. Ya, setidaknya sepatu yang aku inginkan tidak bolong.
Asep, itulah namanya. Dia adalah teman sekelasku dan dia jugaadalah orang yang bertipikal tidak banyak bicara. Berbanding terbalik denganku,aku katanya sih orang yang suka bicara, narsis tapi jutek kata teman-temanperempuan. Tapi tidak sedikit juga yang bilang bahwa aku itu ganteng.
Di balik kenarsisan yang aku miliki sebenarnya aku menyimpanrahasia yang aku tutup-tutupi. Rahasia itu berkaitan dengan keadaan sepatukuyang bolong. Sebenarnya aku malu apabila teman-teman di sekolahku tau bahwakenyataanya aku memakai sepatu bolong. Rasanya sepatu ini harus aku buang.
“Tidak, aku tidak boleh membuang sepatu ini! Jika aku buang laluapa yang harus aku pakai nanti ketika sekolah” berpikir dan sedih sambilmelihat telapak sepatuku yang bolong. “Apa aku harus meminta pada orang tuauntuk membelikanku sepatu yang baru?” pikirku. “Tapi aku takut menjadikan bebanbagi mereka. Cukup, mereka telah banting tulang merawatku dari kecil sampai akubisa sekolah seperti sekarang” ucapku semakin yakin bahwa aku harus berusahasendiri.
Setelah sampai di sekolah dengan angan-angan yang tertinggal diperjalanan. Aku pun masuk ke kelas lalu berdoa, belajar dan memperhatikan guruketika menerangkan materinya. Ya, semua itu aku lakukan supaya aku bisamempertahankan peringkat satu dari kejaran teman sekelasku yang padapintar-pintar. Pelajaran hari ini adalah pelajaran jurnalistik, pelajaran yangcukup aku gemari. Kebetulan guru jurnalistik yang masuk ke kelasku adalah BapakPahman, beliau adalah salah satu dari dua guru jurnalistik di sekolahku selainBapak Dani.
Bapak Pahman terkenal dengan keramahannya ketika Kegiatan BelajarMengajar (KBM) berlangsung. Waktu itu beliau memberi motivasi pada anak didiknya“hey anak-anak, coba deh kalian masukin tulisan kalian ke salah satu koran,lumayan kalau dimuat bisa mendapat uang, tapi yang paling penting kalian dapatpengalaman” ucap Pak Pahman sambil tertawa.
“Yes, ini kesempatanku. Jika tulisanku dimuat di salah satu koranmaka aku bisa membeli sepatu baru untuk menggantikan sepatuku yang bolong tanpameminta pada orang tua” ucapku dengan rasa senang.
Akhirnya setelah aku termotivasi dengan perkataan dari Pak Pahman,aku mulai membuat tulisan untuk dikirimkan ke salah satu koran ternama di JawaBarat dengan harapan tulisanku dimuat.
Dan ternyata setelah aku menunggu beberapa hari, Pak Pahmanmengabarkan pada Rijwan, Rijwan adalah ketua OSIS di sekolahku. Dia bilang PakPahman memberitahunya bahwa tulisanku dimuat di Belia, Pikiran Rakyat. “Yes,yes, yes” aku berteriak senang sekali. “Tidak sia-sia juga aku meluangkan waktuuntuk membuat tulisan ini” ucapku dalam hati.
Setelah beberapa hari sesudah tulisanku dimuat di Pikiran Rakyat,aku mengambil uangnya. Dan membeli sepatu baru serta menteraktir jajanteman-teman sekelas. Tapi setelah aku pikir-pikir, sepatu bolong yang akuanggap tidak berguna telah mengantarkanku pada keberhasilan. Sungguh begitubesar jasa sepatu bolong yang kumiliki dari semenjak kelas sepuluh sampaisekarang kelas sebelas***
Yuris Fahman Zaidan, kelas XI, MA Persis 03 Pameungpeuk.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar