Rabu, 30 November 2011

Sepotong Cerita Tentang Dunia

Saat Olympus tak mampu lagi berikan terang, karena Herdes telah sebarkan hitam. Langit pun gelap, matahari juga mulai redupkan sinarnya. Dedaunan mulai berguguran saat asap hitam kejahatan mulai menyebar ke seluruh dunia. Padahal orang-orang inginkan gembira, dengan suara-suara yang mendamaikan dunia, di hati mereka tertanam merdeka dari tentara-tentara jahat yang selalu menindas raga dan hilangkan cita-cita. Oh, akankah ada manusia setengah dewa yang akan kembalikan keadilan sesudah lama terkubur, ataukah darah akan kembali hiasi dunia dengan merah seperti semburan magma yang keluar dari gunung berapi. Aku tidak tau, kenapa jadi seperti ini? Dulu, sebelum kekuasaan menyelimuti pikiran kita, aku rasa tak ada duka cita. Tapi sekarang berbeda, banyak air mata yang menetes lalui pipi mereka. Tetesan keringat mereka tak ada gunanya, hanya penindasan yang mereka dapat. Padahal mereka sama manusia, tapi kenapa saling menindas? Apakah dunia telah merubah kita, sehingga hari-hari tak mampu lagi bawakan gembira? Putih pun kini telah pudar, tak seindah dulu yang berikan sinar untuk kita. Sebagian mereka berkata “Dimana Tuhan kita, kenapa Tuhan berikan bencana?”, padahal kan seharusnya Tuhan pelindung kita. Oh Tuhan, berikanlah kekuatan pada mereka yang tak mampu lihat dunia, jangan sampai bawa hitam rasuki hati mereka. Aku inginkan tanah seperti semula, berdiri tegak, kokoh dan tidak ada siksa. Karena aku tau kini sayap malaikat kecil yang tertanam di hati mereka sudah patah sehingga tak mampu lagi terbang mengejar cita-cita. Sudah lama manusia inginkan kuasa untuk merebut yang  mereka suka. Sunggguh mereka inginkan gelap bukan untuk malam tapi siang juga, dengan hentakan kakinya dia sebarkan gelap lewat jejak-jejak yang tak terlihat. Roda kehidupan terus berputar melahap yang ada di hadapannya. Sampai tanah ini pun kering tak mampu lagi kembalikan keadaan. Benih-benih keadilan lenyap di terpa angin jahat menuju kegelapan. Embun-embun pagi penyegar kehidupan kini tak mampu lagi berikan kekuatan, sehingga tak mampu menyongsong pagi dengan sejuta harapan. Lalu dunia akan mati di telan keserakahan.  Sayap-sayap tumbuh di punggung, menerbangkan kita menuju surga dan neraka. Sayangnya kita telah menganggap Tuhan telah tiada, sehingga tidak percaya akan  ada siksa, ataukah Tuhan benar telah tiada? Kenapa Tuhan tak kembalikan seperti semula? Yang jelas aku inginkan dunia hidupkan gembira. Terserah kalian percaya Tuhan ada atau tidak ada. Kini, cukup sudah mari kita hapuskan permusuhan kembalikan perdamaian.  Jangan sampai faham yang salah datang lagi, seperti  Galileo galilei yang tak inginkan dia mati atas penghinaan pada dewa matahari, padahal perkataan  Galileo bahwa matahari mempunyai noda-noda hitam itu benar. Ketika kita inginkan kabenaran maka pengorbanan yang harus di berikan. “Akankah esok hari dan hari-hari berikutnya ada seorang yang membawa dompet berkantung tebal lalu membagikan keadilan?” Entahlah, aku hanya inginkan pemimpin yang bukan hanya bicara membawakan ketentraman pada rakyat. Mungkin ini sepotong cerita tentang dunia yang tak mampu lagi jernihkan kembali kekeruhan yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar