Senin, 11 April 2011

Malam

Malam yang dingin membawaku ke arah kegelapan. Seutas kawat terlihat di atas menyambungkan lampu 5 watt untuk memberi sedikit cahayanya. Dinginnya malam merasuk sampai tulang menyesakan pernapasan. Selimut yang tipis tak mampu untuk menghangatkan badanku. Air hangat sejenak meredakanku akan dinginnya malam. Cegukan yang terjadi malam itu seolah balasan bagi ucapanku yang mungkin di anggap orang tabu, membelot dari arah kebenaran kepada kesalan. Lidah yang tajam bak pedang yang siap mencincang mangsanya memberikan sebuah luka pada orang.

Angin mencoba masuk ke sela-sela rumah buatku menggigil akan dinginnya udara malam. Sendok beradu dengan gelas melarutkan gula pada air membuat tawar jadi manis. Tapi suasana malam itu tidak semanis teh yang di reguk olehku dan menyebarkan kehangatannya dalam tubuh.

Waktu menunjukan pukul 20.00 WIB, aku bergegas pergi ke ruangan belajar, belajar dan berharap membanggakan orang tua di kemudian hari.
Mata sudah tidak kuat lagi menahan malam, saatnya tidur sembari berdo'a, berdo'a seperti apa yang di ajarkan guru di sekolah padaku. Berharap mimpi indah menghampiri.

Suara ayam memisahkanku akan malam tadi dan pagi ini. Burung-burung berkicau menebarkan alunan kedamaian pada orang. Tiba-tiba hujan datang menghapus kegembiraan orang. Aku diam di rumah, di balik jendela melihat burung-burung yang berterbangan takut hujan memburu mereka.
Tumbuhan-tumbuhan bergembira akan datangnya hujan, karena mereka dapat menyimpan cadangan makanan yang banyak.Tiba-tiba Petir datang menggetarkan bumi dengan gemuruhnya. Semua mahluk takut padanya. Sungguh malam dan siang tidak bersahabat. Teh manis di sampingku menemani akan dinginnya udara luar yang memaksa masuk ke rumah bertujuan untuk memadamkan perapian. Hujan dan petir pelahan reda. Saatnya aku pergi ke warung membeli jajanan untuk mengisi perutku yang keroncongan.
Sambil makan makanan ringan aku melihat fotoku waktu TK (Taman kanak-kanak) ternyata aku berbeda dengan foto itu. Foto yang di gantung di dinding mukanya agak bulat, tapi sekarang berbeda, sekarang muka saya......... yah bisa di bilang kaya artis luar negeri gito... hhaha

Ah biarlah ga usah di pikirin itukan hiburan untuk melapas penatku saja.

"Siapa yang berani menantang alam?" Itulah kata yang aku ucapkan akan penasarannya ada atau tidak yang berani.

Biarlah hujan terus memburu asalkan murka tuhan tak menghampiri. Kalau Tuhan murka bisa saja tuhan mendatangkan malapetaka untuk mengirimkanku ke arah kematian dan menjebloskanku ke arah lubang neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar